Prospek Agribisnis pertanian di Bukit Baros, Desa Sasagaran, Kecamatan Kebonpedes, Kabupaten Sukabumi / Foto: MediaAksara
MEDIAAKSARA.ID – Ketekunan dan kerja keras Suryana, petani mandiri asal Kampung Pasirbuntu, Desa Gekbrong, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur, menjadi inspirasi bagi banyak petani Jawa Barat. Selama hampir satu dekade, ia membuktikan sektor pertanian masih menjanjikan prospek cerah dalam meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat.
“Alhamdulillah, berkat berkah hasil ladang tani saya bisa menyekolahkan dua anak di Pondok Pesantren Yaspida dan satu anak sudah lulus kuliah di UMMI Sukabumi,” ujar Suryana saat ditemui MediaAksara di lahan garapannya, Bukit Baros, Desa Sasagaran, Kecamatan Kebonpedes, Kabupaten Sukabumi.
Suryana telah menggeluti dunia pertanian sejak muda, meneruskan tradisi keluarga. Sejak tahun 2016, ia mengelola lahan seluas lima hektare yang ditanami berbagai komoditas, seperti tomat, cabai rawit merah, cabai besar, timun, terong, bawang daun, dan wortel.
Dalam pengelolaannya, Suryana mempekerjakan sembilan orang, terdiri dari empat perempuan dan lima laki-laki.
Menurutnya, saat ini musim tanam tidak lagi bergantung pada bulan, karena perubahan cuaca sulit diprediksi. Ia mengandalkan kombinasi pupuk organik dan kimia, dengan kebutuhan sekitar tiga kuintal pupuk untuk setiap hektare lahan setara dengan biaya sekitar Rp540 ribu.
Klik Video Klarifikasi PWI :
https://www.youtube.com/watch?v=Za-cVqUlcwg
Menariknya, Suryana mampu melakukan panen timun hingga 18 kali dalam satu musim, sementara tanaman terong bisa menghasilkan lebih dari 100 kali panen usai dua bulan masa tanam. Bicara hasil pertaniannya dipasarkan ke Sukabumi, Bogor, hingga Jakarta, dengan harga jual yang menyesuaikan pasar.
“Selama tahun 2025, Alhamdulillah saya belum pernah mengalami kerugian,” ungkapnya.
Dalam satu periode tanam selama tiga bulan, ia mengeluarkan perkiraan modal sekitar Rp100 juta, namun hasil panen ketimun saja bisa mencapai 50 ton. Bila harga jual dipasaran Rp3.000 per kilogram, omzet yang diperoleh bisa mencapai Rp150 juta.
Suryana juga sebelumnya pernah menjalin kontrak kerja sama dengan Berkah Sayur Indonesia untuk memasok timun sebanyak 1,5 ton per hari, dengan harga kontrak Rp3.500 per kilogram, namun kini tidak diperpanjang. Kini, harga timun di pasaran mencapai Rp6.500 per kilogram, sedangkan terong Rp2.500 per kilogram.
Namun, ia mengakui kendala utama untuk memperluas usaha tani adalah keterbatasan modal dan serangan hama seperti wereng dan ulat. Meski begitu, Suryana tetap optimistis dan menggunakan insektisida secara bijak untuk menjaga kualitas tanaman.
Bagi Suryana, pertanian bukan sekadar pekerjaan, melainkan jalan menuju kemandirian dan kesejahteraan keluarga.” Selama kita tekun dan mau belajar, bertani itu tetap menjanjikan,” tutupnya.
Sumber : ABSW
Redaktur: Rapik Utama







