Jangan Ditiru! Tampilan Seni Budaya Debus dari Paguron Taliwangsa yang berada di Kampung Legokpicung, Desa Kademangan, Kecamatan Surade,Kabupaten Sukabumi / Foto: Istimewa
MEDIAAKSARA.ID – Paguron Taliwangsa menjadi salah satu padepokan seni debus yang masih aktif melestarikan kesenian tradisional di Kabupaten Sukabumi. Berlokasi di Kampung Legokpicung, Desa Kademangan, Kecamatan Surade, padepokan berdiri sejak tahun 2019 dan kini menjadi simbol semangat generasi muda dalam menjaga warisan budaya leluhur Sunda.
Ketua Paguron Taliwangsa, Nurdin (36) atau akrab disapa Bah Ajo, menyebutkan kelompoknya kini memiliki sekitar 15 anggota aktif, sebagian besar berusia muda, bahkan satu di antaranya merupakan anggota perempuan yang ikut tampil dalam atraksi debus, sesuatu yang jarang dijumpai di dunia kesenian bela diri tradisional.
Atraksi yang ditampilkan pun beragam dan menegangkan, mulai dari pertunjukan ular, permainan sembilu, hingga aksi ekstrem seperti memotong lidah dengan gergaji mesin. Meski tampak berbahaya, setiap pertunjukan dilakukan dengan persiapan fisik dan spiritual yang matang serta dalam pengawasan ketat dari sang ketua.
“Setiap anggota yang akan tampil selalu saya persiapkan secara khusus, baik secara fisik maupun spiritual. Alhamdulillah, selama ini belum pernah terjadi hal-hal yang tidak diharapkan,” ujar Bah Ajo.

Paguron Taliwangsa tak hanya tampil di wilayah Sukabumi, tetapi juga sering diundang ke berbagai daerah, mulai dari hajatan masyarakat hingga acara resmi kenegaraan. Salah satu penampilan terjauh mereka bahkan pernah digelar di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, dalam rangka perayaan ulang tahun paguyuban seni bela diri.
Bagi Bah Ajo dan para anggotanya, debus bukan sekadar atraksi fisik, melainkan juga sarana spiritual untuk memperkuat iman, mental, dan rasa kebersamaan antaranggota.
Klik Video Podcast Klarifikasi PWI Kabupaten Sukabumi: https://youtu.be/qXyT4nICwWQ?si=E1tCOsenMF7o5ri5
“Debus mengajarkan kita tentang keikhlasan, keberanian, dan kedisiplinan. Ini bukan sekadar tontonan, tapi juga tuntunan,” tegasnya.
Dengan konsistensi selama enam tahun terakhir, Paguron Taliwangsa menjadi bukti nyata bahwa di tengah derasnya arus modernisasi, semangat menjaga kesenian tradisional Sunda tetap menyala. Mereka berharap seni debus terus hidup dan dikenal luas oleh generasi muda sebagai bagian dari identitas budaya bangsa.
Sumber: @Ja2ng
Redaktur: Rapik Utama







