MEDIAAKSARA.ID -Warung Nasi Sunda Bah Udin, berdiri sejak 1985, menjadi salah satu destinasi kuliner tradisional khas Sunda yang tetap bertahan di tengah modernisasi. Warnas ini menawarkan pengalaman makan yang autentik, lengkap dengan lalapan kampung yang jarang ditemukan di pasaran.Ditambah ,lokasinya strategis, tepat di Jalan Raya Cikukulu, di seberang Kantor Desa Cisande, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi.
Pemilik warung, Udin Badrudin,akrab disapa Bah Udin ,adalah warga asli Kampung Cikukulu, RT 14/RW 04, Desa Cisande. Di warung ini, pelanggan dimanjakan dengan aneka hidangan khas Sunda seperti pepes ikan mas, pepes tahu, semur jengkol, hingga menu favorit seperti semur kepala sapi, sop iga, dan peyek bala-bala. Semua masakan Sunda dilengkapi sambal khas serta lalapan unik, seperti daun antanan, tespong, walanggeni, poh-pohan, bunut, pucuk jambu, bolostrong, dan lampenas, yang jarang ditemui di tempat lain.

Meskipun tampil sederhana dengan ukuran warung 7×8 meter,dengan empat meja makan dan enam kursi kayu, suasana warung terasa hangat dan bersahaja.
Belum lagi, Nuansa keakraban terlihat dari foto-foto yang terpajang di dinding, memperlihatkan keramahan Bah Udin bersama para pelanggan setianya, termasuk beberapa pejabat seperti bupati, wakil bupati, Sekda dan tokoh lainnya.
Keunggulan lain dari Warung Nasi Bah Udin adalah harganya yang terjangkau. Pelanggan dari berbagai kalangan ,mulai dari supir angkutan umum dan barang, pelancong, hingga pejabat pemerintah ,bisa menikmati makanan berkualitas tanpa harus khawatir dengan harga. Ditambah lagi, nasi di warung ini disajikan menggunakan boboko (wadah tradisional berbahan bambu) yang mampu menampung hingga delapan liter nasi, sehingga pelanggan dapat menambah porsi sesuai keinginan.
Ujang Saepuloh, putra ketiga Bah Udin, turut membantu mengelola usaha orang tuanya. Disela kesibukannya di wawancarai mediaaksara.id , Ujang mengungkapkan bahwa usaha orang tuanya telah berjalan sejak 1985 , tanpa membuka cabang . Awalnya, Bah Udin berjualan dengan cara berkeliling menggunakan tanggungan, hingga akhirnya menetap di lokasi saat ini.
“Alhamdulillah, atas keuletan Bapak, hingga kini,dalam sehari kami bisa menghabiskan antara 30-40 liter beras dengan lima kali proses masak menggunakan cara tradisional. Selama buka juga dibantu oleh tujuh orang pekerja,” kata Ujang yang beraktivitass ebagai guru honorer di sebuah SMP swasta di Kecamatan Caringin.
Mungkin sudah jadi cita-cita Bapak, membuka warung nasi sunda sambil memperbanyak silaturahmi ” Alhamdulillah, yang saya tahu, Warnas Bah Udin sudah banyak langganan, pastinya ,mereka bukan hanya mampir untuk makan saja, tetapi para langganan ingin langsung mencoba warisan kuliner yang melestarikan cita rasa kampung dengan kesederhanaan dan keramahan harga berikut penjualnya,” terang Ujang.
Reporter : Edho